Yang Masih Di Bawah Umur : SERBA FRESH
Meski baru tayang Senin (11/6) lalu, agaknya sinetron
berjudul YaNg Masih Di Bawah Umur (YMDU) mendapat respons positif dari pemirsa
RCTI. Rating dan share-nya pun langsung melesat. Sinetron besutan rumah
produksi Sinemart ini berkisah tentang kehidupan anak-anak Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama yang masih di bawah umur. Salah satunya, Tiara (Nasya
Marcella), korban perceraian kedua orang tuanya. Tiara harus tinggal bersama
ayahnya, Harris (Teddy Syach) serta kedua adiknya, Rendy (Ray Presetya dan
Putri (Andy Nadya) di Jakarta. Sementara, sang ibu, Nadia (Vonny Cornelia),
masih berkutat menuntut hak perwalian ketiga anaknya itu. Ketiga anak yang
masih di bawah umur itu pun harus ikhlas dan rela menerima kehidupan baru
mereka, beradaptasi dengan lingkungan baru termasuk sekolah serta teman yang
baru. Sementara mereka pun masih direpotkan oleh sikap sang ayah yang berusaha
menjadi kepala keluarga sekaligus sebagai ibu.
Berangkat dari kisah Tiara,
sutradara YMDU, Subekti, ingin mengangkat cerita menarik di balik dampak
perceraian keluarga pada sosok anak-anaknya. Menurut Subekti, tak semua sosok
anak yang orangtua-nya bercerai akan menjalani kehidupan dan pergaulan yang
buruk. Bahkan, ada kemungkinan orang tua bisa rujuk kembali karena dukungan dan
doa anak-anak mereka. “Ini menariknya di sinetron YMDU,” kata sang sutradara.
Tingkat kesulitan dalam penggarapan
YMDU pun tak sedikit. Sebab sebagian besar dari para pemainya adalah para
pendatang baru yang masih fresh, yang baru mengenal kamera dan perlu waktu
serta tenaga ekstra untuk mengarahkan aktingnya. Termasuk dua anak Jeremy
Thomas, Valerie Thomas dan Axel Matthew Thomas yang juga turut berakting di
sinetron ini.
“Ayah mendukung kami terlibat di
sinetron ini. Belajar khusus dari Ayah, saya rasa tidak. Tapi beliau hanya
memberikan semangat, kami harus percaya diri saja di depan kamera,” kata
Valerie dan Thomas kompak.
12 Kamera Untuk YANG MASIH DIBAWAH UMUR
Yang Masih Dibawah Umur, adalah sinetron
striping produksi Sinema Art, yang kini sudah tayang di RCTI. Karena harus
tayang tiap hari, maka proses shootingnya pun harus selesai minimal 1 episode
dalam sehari. Untuk menopang pekerjaan berat itu, maka pihak managemen produksi
menyediakan 12 Kamera yang dibagikan ke 4 Unit Kerja.
Sinetron ini berkisah tentang nasib
anak-anak produk keluarga broken home. Pesan yang diusung antaralain agar pihak
anak jangan frustrasi dan berbuat negatif hanya karena Ortunya cuek atau
bercerai. Sebaliknya, buat pihak Ortu agar jangan cuek pada anak, jangan
gampang bercerai, jangan cuma memikirkan kepentingan diri sendiri, tap
sebaliknya harus lebih memperhatikan nasib anak. Bahkan berkorbanlah demi anak.
Suka atau tidak suka, anak adalah buah dari cintakasih suami-istri, karena itu
harus dikasihi dengan sepenuh hati, karena anak tidak minta dilahirkan. Jadi
kalau ortu berani melahirkan anak, maka harus berani berkorban untuk kebahagian
mereka.
Ekspos Sisi Positif Remaja
Saat Bintang Film hadir di lokasi
shooting YMDU, Subakti IS, selaku sutradara utama, tengah shooting adegan
persiapan panggung untuk pertunjukan malam dana. Panggung tersebut berukuran
besar dan megah yang nantinya diperuntukkan buat pagelaran pertunjukan
cheerleader, streetball, BMX Freestyle, dan skateboard. “Disini saya
menampilkan extreme sport, olahraga yang menurut saya sungguh sangat istimewa.
Ketrampilan ini perlu kita ekspos sebagai sisi positif dari anak-anak remaja
agar tak terjerumus pada aktifitas yang tak jelas juntrungannya!”, ujar
Subakti. Ditempat terpisah, co-sutradara Teguh Prayogi dari Tim 2 tengah
menangani adegan anak anak SD yang sedang bertengkar karena kostum tokoh Amel
koyak oleh salah seorang seterunya. Makna yang mau dicapai? “Edukasi. Masalah
tanggung jawab. Siapa berbuat harus berani bertanggung jawab!”
Bagian luar Studio Persari, yang
jadi lokasi shooting sinetron ini, tampak dipenuhi pemain dan kru YMDU. Dan
ke-empat tim pun, berbagi adegan dan berbagi pemain sesuai yang tertera di
dalam scenario. Para pemain pun dikelompokkan sesuai keahlian. Ada pemain khusus
bidang tari, ada pula tim skateboard, BMX, dan cheerleader. Dari segi jumlah
pemain, sinetron ini terbilang semi kolosal. Dari aspek tehnis, punya kesulitan
yang cukup tinggi, karena mengandung adegan-adegan berbahaya semisal
kejar-kejaranbersepeda atau atraksi skate board yang menegangkan. Karenanya,
terkadang terjadi pula kecelakaan-kecelakaan kecil ketika pengambilan gambar
diadakan. Akan hal itu, Subakti mengatakan, semua yang terjadi masih
terkendali. Antisipasi ke depan? “Semua crew harus bekerjasama dengan lebih
baik lagi, punya sense of belonging dari setiap co-sutradara, ataupun kru, dan
seluruh departemen. Kalau enggak, akan kacau. Sebuah karya film memang
membutuhkan kolaborasi. Itu harus. Tetapi celakanya terkadang ada saja temen
yang punya ego berlebihan. Disinilah posisi saya sebagai koordinator berperan
agar yang berlebihan itu dijinakkan!”.
Disediakan Klinik
Bekerja di sinetron berjenis
striping, diakui oleh semua partisan memang enak disegi income. Bayangkan,
honoraium yang mereka terima dari puluhan episode, bahkan kalau ratingnya naik
bisa jadi ratusan episode. Dan hebatnya, setiap episodenya dikerjakan cuma
dalam satu hari. Namun, disisi lain, ada pula konsekwensi yang harus dibayar.
Yakni, kesehatan bisa ambruk. “Ya, mau apalagi. Ini resiko profesi”, ujar
Subakti, “kita harus mau kerja ekstra keras, harus berani capek, bahkan
kemungkinan bisa sakit, karena tiap malam harus begadang!”.
Selama ini, sudah ada yang ambruk?
“Nggaklah. Karena sebenarnya di SinemArt ada batasan waktu kerja. Yaitu
maksimal jam 24.oo. harus break, supaya besok paginya fresh kerja lagi. Tapi
kadangkala kita kalau kerja lagi tanggung, peraturan terpaksa dilanggar!”.
Dilokasi shooting disediakan klinik
sendiri, lengkap dengan dokternya. Setiap hari semua kesehatan crew dikontrol
dan diberi vitamin.
Yang Masih Di Bawah Umur : Angkat
Gejolak
dan Dinamika Remaja
Juni ini, SinemArt kembali
menyuguhkan tontonan y\ang menarik bagi pemirsa setianya. Sinetron Yang Masih
di Bawah Umur. Sinetron yang disutradarai Subakti I. S ini tayang setiap hari
di RCTI pukul 19.00 WIB.
Sesuai dengan judulnya, sinetron
ini bercerita tentang dinamika kehidupan remaja di bawah umur, mulai dari
pergaulan, persahabatan, percintaan, hingga pencarian jati diri. Bintang
utamanya adalah Tiara. Cerita dan scenario sinetron in ditulis oleh Mega Emmela
yang juga menulis skrip untuk sinetron Anugerah dan Karunia.
Tiara (Nasya Marcella) adalah seorang gadis yang cantik, pintar, dan
berprestasi di sekolahnya.
Karena orang tuanya bercerai, ia
harus pindah ke Jakarta dan tinggal bersama ayahnya, Harris (Teddy Syah), dan
kedua adiknya, Rendy (Ray Prasetya) dan Putri (Andy Nadya). Sementara ibunya,
Nadia (Vonny Cornelia), terus berusaha untuk mendapatkan hak asuh atas
anak-anaknya.
Pemain-pemain yang terlibat dalam
sinetron ini merupakan para pemain pendatang baru. Sementara pemain senior yang
muncul dalam sinetron ini, antara lain, adalah Rudy Salam, Teddy Syah, dan
Jeremy Thomas.
Subakti mengakui bahwa ia menghadapi beberapa hambatan dalam menyutradarai
sinetron ini. Maklum, kebanyakan anak yang terlibat dalam sinetron ini adalah
anak-anak yang baru terjun ke dunia akting. Selain itu, ia juga mengaku sedikit
kesulitan mengatur waktu syuting karena anak-anak masih bersekolah.
Nasya Marcella, sekalipun dunia
akting bukan merupakan hal baru untuknya, seringkali menghadapi kesulitan di
depan kamera. la mengaku sering melenceng dari karakter yang ia perankan. “Jadi
orang baik itu lebih capek daripada jadi orang jahat,” kata gadis cantik
berusia 16 tahun ini. Tapi ia bersyukur karena dalam sinetron ini ia bisa
belajar menari.
Salah satu pemain baru yang muncul
dalam sinetron ini adalah Axel Matthew Thomas, la ikut terjun ke dunia acting
mengikuti jejak ayahnya, Jeremy Thomas. Remaja kelahiran Bogor, 29 Juli 1997
ini selalu membawa buku-buku pelajarannya ke lokasi syuting.
Selain Axel, pemain baru yang lain
adalah Valerie Thomas. Dalam sinetron ini, anak kedua dari Jeremy Thomas ini
berperan sebagai Mila, seorang remaja yang judes dan bawel. Remaja berusia 13
tahun ini mengaku banyak belajar dari ayahnya. “Kalo acting itu jangan malu.
Harus pede,” katanya.